AHLI TAFSIR “BENCANA” DARI NUSANTARA -, Kehidupan yang kita jalani di dunia ini tidak selamanya mulus sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kadang-kadang ada kondisi kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan kita, yang tetap harus kita jalani sekalipun sangat berat dan menyesakkan. Tidak ada bedanya dengan kondisi ketika kita sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat, tidak seluruhnya jalan yang kita lewati itu lurus, memakai “aspal hotmik”, dan dibumbui dengan pemandangan yang sangat elok, sesekali terkadang kita harus melewati jalan terjal berlubang yang seperti “susukan saat” (sungai kering tak berair), serta ditemani pemandangan yang menyeramkan.
Bencana atau musibah, itulah nama populer yang kita gunakan untuk kondisi/keadaan yang tidak sesuai dengan harapan dan sangat menyesakkan itu. Akhir-akhir ini Negeri kita tercinta bertubi-tubi dilanda oleh bencana. Bulan Juli 2018 kita masih ingat Lombok diguncang gempa bumi, disusul dengan Sulawesi Tengah tepatnya di Palu dan Donggala, kemudian di Tasikmalaya juga ada bencana yang terjadi, dan masih banyak lagi daerah-daerah di Indonesia lainnya yang terkena bencana.
Belum juga usai penanganan atas bencana-bencana yang terjadi , datang bencana lain. Kini ada Tsunami menerjang bagian barat Pulau Jawa yang terjadi pada hari Sabtu, 22 Desember 2018 lalu. Menurut penelitian para ahli, hal ini disebabkan oleh ruhntuhnya bagian Anak Krakatau yang memicu longsor bawah laut. Bangunan banyak yang rusak parah, ambruk, bahkan ada yang tersapu habis oleh gelombang. Disamping kerusakan itu ada duka sangat mendalam yang dirsakan oleh para korban, yaitu kehilangan orang-orang yang mereka cintai.
Kita semua merasa sedih atas bencana yang terus bertubi-tubi menimpa negeri ini, meskipun kita tidak terkena oleh bencana itu. Seharusnya semua yang masih mempunyai jiwa “kemanusiaan” ikut bersedih, berduka cita, dan berempati atas semua bencana yang menimpa saudara kita. Tetapi dibalik itu semua, saya tidak faham masih ada segelintir orang yang menanggapi bencana ini dengan hal-hal yang semakin membuat sakit, sedih korban dan saya sendiri, juga kebanyakan orang yang masih waras akalnya. Saya tidak mengerti sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran mereka itu.
Di berbagai media sosial, Facebook, Timeline Twitter, Instagram, status WA, dan juga grup-grup WA banyak berseliberan ungkapan-ungkapan yang keluar dari orang yang mengaku dirinya sebagai “AHLI TAFSIR BENCANA NUSANTARA”. Tafsiran ini bukan hanya muncul dari umat islam, tetapi ada juga tafsiran dari umat beragama lainnya. Mereka berlomba-lomba untuk menunjukan diri kepada manusia bahwa “Saya adalah wakil Tuhan, saya mengetahui mengapa Tuhan menurunkan bencana ke Negeri ini”.
Mereka menafsirkan bencana Tsunami ini terjadi karena ketidakadilan pemerintah terhadap Tokoh Muslim yang dijadikan tersangka karena tersandung kasus tertentu, kedzaliman Pemerintah terhadap rakyatnya, kemaksiatan warga yang tertimpa bencana, karena perusakan rumah ibadah umat non muslim, dan banyak lagi tafsir mereka lainnya yang menurut saya didasari oleh kebencian dan kurangnnya ilmu pengetahuan.
Setiap kali ada bencana yang terjadi mereka sibuk memberikan tafsirannya mengapa terjadi. Siklusnya tetap seperti itu menafsirkan, menafsirkan dan menafsirkan. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa seluruh bencana yang terjadi ini adalah ADZAB dari Allah SWT.
Yang sangat menyakitkan dan menyesakkan sekali bagi saya adalah mereka menghubungkan bencana ini dengan “POLITIK”, ini sangat keji sekali. Mencocok-cocokan ayat dengan kejadian yang terjadi ini dengan ilmu “COCOKOLOGI”, dengan mengungkapkan dalil “tidak ada sesuatu yang terjadi di dunia ini secara kebetulan”. Mereka menganggap apa yang mereka ungkapkan mengenai tafsiran bencana ini adalah seratus bahkan seribu persen benar.
Semestinya bencana yang terjadi ini membuat kita merenung, berfikir, dan mawas diri, bukan malah dijadikan arena perlombaan tafsir atau ajang saling menyalahkan. Ini adalah ujian untuk kita semuanya, mari kita saling bahu membahu, saling dukung untuk menghadapinya. Saling menyalahkan bukan solusi untuk menghentikan bencana, justru malah menjadikan keadaan menjadi lebih carut-marut tidak karuan.
Kita yakini bahwa bencana ini adalah kehendak Allah SWT, tidak akan seorangpun yang mampu mencegah atau melawan kehendak-Nya. Yakini pula bahwa segala sesuatu yang terjadi ini pasti ada hikmahnya, meskipun tidak semua hikmah dari sesuatu itu bisa kita ketahui. Kita bantu korban yang tertimpa bencana sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Kita tatap bersama masa depan dengan optimis dibawah naungan persatuan dan kesatuan. Jadikanlah ini semua sebuah pembelajaran yang berharga sekali bagi semuanya.
Semoga saudara-saudara kita yang terkena bencana diberikan kesabaran, kekuatan, dan perlindungan oleh Allah. Saudara-saudara kita yang telah mendahului kita, semoga ditempatkan di tempat yang diridhoi-Nya.
Bencana atau musibah, itulah nama populer yang kita gunakan untuk kondisi/keadaan yang tidak sesuai dengan harapan dan sangat menyesakkan itu. Akhir-akhir ini Negeri kita tercinta bertubi-tubi dilanda oleh bencana. Bulan Juli 2018 kita masih ingat Lombok diguncang gempa bumi, disusul dengan Sulawesi Tengah tepatnya di Palu dan Donggala, kemudian di Tasikmalaya juga ada bencana yang terjadi, dan masih banyak lagi daerah-daerah di Indonesia lainnya yang terkena bencana.
Belum juga usai penanganan atas bencana-bencana yang terjadi , datang bencana lain. Kini ada Tsunami menerjang bagian barat Pulau Jawa yang terjadi pada hari Sabtu, 22 Desember 2018 lalu. Menurut penelitian para ahli, hal ini disebabkan oleh ruhntuhnya bagian Anak Krakatau yang memicu longsor bawah laut. Bangunan banyak yang rusak parah, ambruk, bahkan ada yang tersapu habis oleh gelombang. Disamping kerusakan itu ada duka sangat mendalam yang dirsakan oleh para korban, yaitu kehilangan orang-orang yang mereka cintai.
Kita semua merasa sedih atas bencana yang terus bertubi-tubi menimpa negeri ini, meskipun kita tidak terkena oleh bencana itu. Seharusnya semua yang masih mempunyai jiwa “kemanusiaan” ikut bersedih, berduka cita, dan berempati atas semua bencana yang menimpa saudara kita. Tetapi dibalik itu semua, saya tidak faham masih ada segelintir orang yang menanggapi bencana ini dengan hal-hal yang semakin membuat sakit, sedih korban dan saya sendiri, juga kebanyakan orang yang masih waras akalnya. Saya tidak mengerti sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran mereka itu.
Di berbagai media sosial, Facebook, Timeline Twitter, Instagram, status WA, dan juga grup-grup WA banyak berseliberan ungkapan-ungkapan yang keluar dari orang yang mengaku dirinya sebagai “AHLI TAFSIR BENCANA NUSANTARA”. Tafsiran ini bukan hanya muncul dari umat islam, tetapi ada juga tafsiran dari umat beragama lainnya. Mereka berlomba-lomba untuk menunjukan diri kepada manusia bahwa “Saya adalah wakil Tuhan, saya mengetahui mengapa Tuhan menurunkan bencana ke Negeri ini”.
Mereka menafsirkan bencana Tsunami ini terjadi karena ketidakadilan pemerintah terhadap Tokoh Muslim yang dijadikan tersangka karena tersandung kasus tertentu, kedzaliman Pemerintah terhadap rakyatnya, kemaksiatan warga yang tertimpa bencana, karena perusakan rumah ibadah umat non muslim, dan banyak lagi tafsir mereka lainnya yang menurut saya didasari oleh kebencian dan kurangnnya ilmu pengetahuan.
Setiap kali ada bencana yang terjadi mereka sibuk memberikan tafsirannya mengapa terjadi. Siklusnya tetap seperti itu menafsirkan, menafsirkan dan menafsirkan. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa seluruh bencana yang terjadi ini adalah ADZAB dari Allah SWT.
Yang sangat menyakitkan dan menyesakkan sekali bagi saya adalah mereka menghubungkan bencana ini dengan “POLITIK”, ini sangat keji sekali. Mencocok-cocokan ayat dengan kejadian yang terjadi ini dengan ilmu “COCOKOLOGI”, dengan mengungkapkan dalil “tidak ada sesuatu yang terjadi di dunia ini secara kebetulan”. Mereka menganggap apa yang mereka ungkapkan mengenai tafsiran bencana ini adalah seratus bahkan seribu persen benar.
Semestinya bencana yang terjadi ini membuat kita merenung, berfikir, dan mawas diri, bukan malah dijadikan arena perlombaan tafsir atau ajang saling menyalahkan. Ini adalah ujian untuk kita semuanya, mari kita saling bahu membahu, saling dukung untuk menghadapinya. Saling menyalahkan bukan solusi untuk menghentikan bencana, justru malah menjadikan keadaan menjadi lebih carut-marut tidak karuan.
Kita yakini bahwa bencana ini adalah kehendak Allah SWT, tidak akan seorangpun yang mampu mencegah atau melawan kehendak-Nya. Yakini pula bahwa segala sesuatu yang terjadi ini pasti ada hikmahnya, meskipun tidak semua hikmah dari sesuatu itu bisa kita ketahui. Kita bantu korban yang tertimpa bencana sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Kita tatap bersama masa depan dengan optimis dibawah naungan persatuan dan kesatuan. Jadikanlah ini semua sebuah pembelajaran yang berharga sekali bagi semuanya.
Semoga saudara-saudara kita yang terkena bencana diberikan kesabaran, kekuatan, dan perlindungan oleh Allah. Saudara-saudara kita yang telah mendahului kita, semoga ditempatkan di tempat yang diridhoi-Nya.