ANAK SEKOLAH

TEMPAT BELAJAR DI DUNIA MAYA

Tuesday, February 12, 2019

AHLI TAFSIR “BENCANA” DARI NUSANTARA

AHLI TAFSIR “BENCANA” DARI NUSANTARA -, Kehidupan yang kita jalani di dunia ini tidak selamanya mulus sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kadang-kadang ada kondisi kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan kita, yang tetap harus kita jalani sekalipun sangat berat dan menyesakkan. Tidak ada bedanya dengan kondisi ketika kita sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat, tidak seluruhnya jalan yang kita lewati itu lurus, memakai “aspal hotmik”, dan dibumbui dengan pemandangan yang sangat elok, sesekali terkadang kita harus melewati jalan terjal berlubang yang seperti “susukan saat” (sungai kering tak berair), serta ditemani pemandangan yang menyeramkan.


https://saya-anaksekolah.blogspot.com/2018/12/ahli-tafsir-bencana-dari-nusantara.html


Bencana atau musibah, itulah nama populer yang kita gunakan untuk kondisi/keadaan yang tidak sesuai dengan harapan dan sangat menyesakkan itu. Akhir-akhir ini Negeri kita tercinta bertubi-tubi dilanda oleh bencana. Bulan Juli 2018 kita masih ingat Lombok diguncang gempa bumi, disusul dengan Sulawesi Tengah tepatnya di Palu dan Donggala, kemudian di Tasikmalaya juga ada bencana yang terjadi, dan masih banyak lagi daerah-daerah di Indonesia lainnya yang terkena bencana.

Belum juga usai penanganan atas bencana-bencana yang terjadi , datang bencana lain. Kini ada Tsunami menerjang bagian barat Pulau Jawa yang terjadi pada hari Sabtu, 22 Desember 2018 lalu. Menurut penelitian para ahli, hal ini disebabkan oleh ruhntuhnya bagian Anak Krakatau yang memicu longsor bawah laut. Bangunan banyak yang rusak parah, ambruk, bahkan ada yang tersapu habis oleh gelombang. Disamping kerusakan itu ada duka sangat mendalam yang dirsakan oleh para korban, yaitu kehilangan orang-orang yang mereka cintai.

Kita semua merasa sedih atas bencana yang terus bertubi-tubi menimpa negeri ini, meskipun kita tidak terkena oleh bencana itu. Seharusnya semua yang masih mempunyai jiwa “kemanusiaan” ikut bersedih, berduka cita, dan berempati atas semua bencana yang menimpa saudara kita. Tetapi dibalik itu semua, saya tidak faham masih ada segelintir orang yang menanggapi bencana ini dengan hal-hal yang semakin membuat sakit, sedih korban dan saya sendiri,  juga kebanyakan orang yang masih waras akalnya. Saya tidak mengerti sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran mereka itu.

Di berbagai media sosial, Facebook, Timeline Twitter, Instagram, status WA, dan juga grup-grup WA banyak berseliberan ungkapan-ungkapan yang keluar dari orang yang mengaku dirinya sebagai “AHLI TAFSIR BENCANA NUSANTARA”. Tafsiran ini bukan hanya muncul dari umat islam, tetapi ada juga tafsiran dari umat beragama lainnya. Mereka berlomba-lomba untuk menunjukan diri kepada manusia bahwa “Saya adalah wakil Tuhan, saya mengetahui mengapa Tuhan menurunkan bencana ke Negeri ini”.

Mereka  menafsirkan bencana Tsunami ini terjadi karena ketidakadilan pemerintah terhadap Tokoh Muslim yang dijadikan tersangka karena tersandung kasus tertentu, kedzaliman Pemerintah terhadap rakyatnya, kemaksiatan warga yang tertimpa bencana, karena perusakan rumah ibadah umat non muslim, dan banyak lagi tafsir mereka lainnya yang menurut saya didasari oleh kebencian dan kurangnnya ilmu pengetahuan.
Setiap kali ada bencana yang terjadi mereka sibuk memberikan tafsirannya mengapa terjadi. Siklusnya tetap seperti itu menafsirkan, menafsirkan dan menafsirkan. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa seluruh bencana yang terjadi ini adalah ADZAB dari Allah SWT.

Yang sangat menyakitkan dan menyesakkan sekali bagi saya adalah mereka  menghubungkan bencana ini dengan “POLITIK”, ini sangat keji sekali. Mencocok-cocokan ayat dengan kejadian yang terjadi ini dengan ilmu “COCOKOLOGI”, dengan mengungkapkan dalil “tidak ada sesuatu yang terjadi di dunia ini secara kebetulan”. Mereka menganggap apa yang mereka ungkapkan mengenai tafsiran bencana ini adalah seratus bahkan seribu persen benar. 

Semestinya bencana yang terjadi ini membuat kita merenung, berfikir, dan mawas diri, bukan malah dijadikan arena perlombaan tafsir atau ajang saling menyalahkan. Ini adalah ujian untuk kita semuanya, mari kita saling bahu membahu, saling dukung untuk menghadapinya. Saling menyalahkan bukan solusi untuk menghentikan bencana, justru malah menjadikan keadaan menjadi lebih carut-marut tidak karuan. 

Kita yakini bahwa bencana ini adalah kehendak Allah SWT, tidak akan seorangpun yang mampu mencegah atau melawan kehendak-Nya. Yakini pula bahwa segala sesuatu yang terjadi ini pasti ada hikmahnya, meskipun tidak semua hikmah dari sesuatu itu bisa kita ketahui. Kita bantu korban yang tertimpa bencana sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Kita tatap bersama masa depan dengan optimis dibawah naungan persatuan dan kesatuan. Jadikanlah ini semua sebuah pembelajaran yang berharga sekali bagi semuanya.

Semoga saudara-saudara kita yang terkena bencana diberikan kesabaran, kekuatan, dan perlindungan oleh Allah. Saudara-saudara kita yang telah mendahului kita, semoga ditempatkan di tempat yang diridhoi-Nya.

DALIL TENTANG TAHLILAN

DALIL TENTANG TAHLILAN -Kang Ii Ruhimta: MENGAPA WARGA NU TAHLILAN?


(Bacalah hingga tuntas agar tidak gagal paham)

https://saya-anaksekolah.blogspot.com/2018/12/dalil-tentang-tahlilan.html


Tahlilan secara sederhana diartikan sebagai berkumpul dengan jamuan keluarga jenazah untuk mendo’akan, dan menghadiahkan bacaan mereka kepada jenazah, disertai sedekah kepada orang-orang yang mendo’akan tersebut atas nama jenazah. Menyelenggarakan tahlilan selama 7 hari atau hingga 40 hari didasarkan pada kekhawatiran keluarga jenazah, yang pada hari-hari tersebut jenazah mendapatkan fitnah (pertanyaan Malaikat munkar dan nakir) di alam kuburnya.
Tentang hal ini, para pengamal tahlilan merujuk pada kitab al-Hawi karya as-Suyuthi (849-911 H).

Menurut as-Suyuthi mengenai 7 hari fitnah yang menimpa ahli kubur, telah disinggung oleh banyak ulama dalam kitab-kitabnya. Diantaranya Imam Ahmad bin Hambal (164- 241 H) di dalam Kitab az-Zuhud, al-Hafiz al-Ashbahani (Wafat: 430 H) di kitab al-Hilyah dengan disanadkan kepada Thowus salah seorang ulama Tabi’in, Ibnu Juraij dengan disanadkan kepada Abid bin Umair tabi’in yang lebih senior dari Thowus, bahkan katanya beliau termasuk Sohabat, dan al-Hafiz Zainudin bin Rojab dalam kitab Ahwal al-Qubur.
Dan dalam riwayat Ubaid bin Umair ditambahkan, bahwa orang munafiq mendapatkan “fitnah” selama 40 hari. Diperkuat oleh Imam Abu Ali al-Husain bin Rasyiq al-Maliki dalam syarah (penjelasan) kitab al-Muwatho Imam Malik, Imam Abu Zaid Abdurrohman al-Jazuli ulama Malikiah di kitab asy-Syarh al-Kabir ‘Ala Risalati al-Imam Abi Muhamad bin Zaid, Imam Abu al-Qosim bin Isa bin Naji al-Maliki dalam Syarah Ar-Risalah disamping menyebutkan riwayat pertama yaitu dari Thowus. Kemudian Syeikh Kamaludin ad-Damiri ulama Syafi’iyah dan Hafiz al-‘Ashri Abu al-Fadl bin Hajar di kitab al-Matholib al-‘Aliah. ( Al-Hawi Li al-Fatawi juz: 2, hal: 168)

Salah satu teks Imam Ahmad bin Hambal (164- 241 H) mengenai hal ini di kitab az-Zuhud:

حدثنا هاشم بن القاسم قال : ثنا الأشجعي عن سفيان قال : قال طاوس : إن الموتى يفتنون في قبورهم سبعاً فكانوا يستحبون أن يطعم عنهم تلك الأيام  ، قال الحافظ أبو نعيم في الحلية : حدثنا أبو بكر بن مالك ثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل ثنا أبي ثنا هاشم ثنا الأشجعي عن سفيان قال : قال طاوس : إن الموتى يفتنون في قبورهم سبعاً فكانوا يستحبون أن يطعم عنهم تلك الأيام

“Hasyim bin al-Qosim menyampaikan hadits kepada kami dari al-Asyja’i dari Sufyan, dari Thowus: sesungguhnya orang-orang yang telah wafat dikenai fitnah (pertanyaan Malaikat munkar dan nakir) di kuburan mereka selama 7 hari. Maka dianjurkan (mustahabbah) bagi keluarga untuk membuat makanan yang disedekahkan atas nama mereka selama 7 hari tersebut....”


قال ابن جريج في مصنفه عن الحارث بن أبي الحارث عن عبيد بن عمير قال : يفتن رجلان مؤمن ومنافق ، فأما المؤمن فيفتن سبعاً ، وأما المنافق فيفتن أربعين صباحاً

Ibnu Juraij (Wafat: 149 H) berkata di kitabnya, diterima dari al-harits bin Abi al-Harits dari Ubaid bin Umair berkata: dua orang dikenai fitnah (di kuburnya) yakni yang mu’min bertakwa dan munafiq. Adapun yang beriman, maka mendapati fitnah selama 7 hari, sedangkan yang munafiq selama 40 hari.” ( Al-Hawi Li al-Fatawi as-Suyuthi juz: 2, hal: 168)

As-Suyuthi (849-911 H) menganalisa tulisannya dengan beberapa sudut pandang, diantaranya:

1. Rijal sanad hadits di atas merupakan para rijal sohih, dan Thowus merupakan selah seorang senior dari kalangan Tabi’in. Kata Abu Nuaim di kitab al-Hilyah: Thowus merupakan generasi muslim pertama dari Yaman. Abu Nuaim meriwayatkan bahwa Thowus bertemu dengan 50 orang Sohabat Nabi SAW. Sedangkan Selain Abu Nuaim meriwayatkan, bahwa Thowus bertemu dengan 70 orang senior para Sohabat Nabi.

Yang dimaksud Sufyan pada periwayatan di atas ialah Sufyan ats-Tsaury (97-161 H), dan Sufyan bertemu dengan Thowus. Karena beliau wafat tahun 110-an Hijriyah, sedangkan Sufyan ats-Tsauri lahir tahun 97-an Hijriyah. Dan al-Asyja’i nama lengkapnya: Ubaidillah bin Ubaidirrohman, dan disebut juga Ibnu Abdurrohman.


Adapun Ubaid bin Umair al-Laitsi merupakan sejarawan tentang Mekah. Muslim bin Hajjaj (204-261 H) penulis kitab Sohih Muslim berkata: Ubaid dilahirkan semasih Rasululloh SAW hidup, beliau pernah melihat Rasululloh SAW. Oleh karena itu maka beliau merupakan seorang Sohabat, dan wafat sebelum wafatnya Abdullah bin Umar.


Adapun al-Harits yaitu Ibnu Abdurrohman bin Abdullah bin Sa’ad bin Abi Ziyab ad-Dausi, dan Imam Bukhori (196-256 H) meriwayatkan haditsnya dalam bab Kholq Af’al al-Ibad. Demikian juga Muslim dalam kitab Sohihnya. Demikian juga Ibnu Juraij menerima hadits dari al-Harits.


Adapun Ibnu Juraij (80-149 H) ialah Imam Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij al-Umawi. Menurut Imam Ahmad bin Hambal: Ibnu Juraij merupakan penulis pertama. Beliau banyak meriwayatkan hadits dari kalangan Tabi’in (generasi setelah Sohabat) dan wafat pada tahun 149 Hijriyah.

2. Masalah yang ditetapkan di dalam hadits dan ushuludin berupa hal yang bukan ranah ijtihadiah, seperti masalah alam barzah (kubur), alam akhirat, maka hukumnya marfu (disambungkan kepada Rasululloh SAW) bukan mauquf, walau pun perawi tidak terang-terangan menisbatkannya kepada Rasululloh SAW. Menurut Imam Fakhrudin ar-Razi (606 H) di kitab al-Mahsul:
“Apabila seorang Sohabat berkata mengenai hal di luar ranah ijtihadiah, maka hal tersebut dikategorikan sebagai sesuatu yang bersifat aqidah (sam’iyyat), yang berangkat dari dugaan kuat terhadap hal tersebut”. Sebagaimana perkataan Ibnu Mas’ud: “Barangsiapa yang datang kepada tukang sihir, atau peramal (untuk membenarkan ramalannya), maka sungguh telah kufur dari ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW.”

Ibnu Hajar al-‘Asqolani (773-852 H) memperkuat pendapat Fakhrudin ar-Razi (606 H): “Apa saja yang dikatakan oleh seorang Sohabat Nabi SAW berupa hal yang di luar ranah ijtihadiah, maka hukumnya marfu. Seperti masalah awal penciptaan makhluk dan sejarah para Nabi. Atau permasalahan masa yang akan datang seperti perang besar (al-malahim), kekacauan-kekacauan, hari ba’ats (kebangkitan), sifat sorga dan neraka...”

3. Apabila telah ditetapkan bahwa atsar (perbuatan atau perkataan) Imam Thowus hukumnya sebagai hadits marf’u mursal serta diisnadkan kepada seorang tabi’in itu sohih, maka atsar tersebut menjadi hujjah (dalil dan argumentasi) menurut Abu Hanifah (80-150 H), Imam Malik (90 -179 H)  dan Imam Ahmad (164- 241 H).

4. Perkataan Thowus فَكَانُواْ يَسْتَحِبُّوْنَ (Mereka selalu menganggap baik membuat makanan...) termasuk kaidah perkataan Tabi’in yang diartikan: “Mereka selalu melakukannya”. Dalam hal ini ada dua pendapat dari ahli hadits dan ahli ushul fiqih:


 1. Hal ini termasuk marf’u dan maknanya bahwa orang-orang mengerjakan hal tersebut di jaman Rasululloh SAW. Dan Rasululloh SAW mengetahui serta membiarkannya (sunah taqririyah).

2. Bahwa hal ini merupakan kebiasaan para Sohabat saja, sementara riwayat ini tidak sampai kepada Nabi SAW. Dan menurut ar-Rofi’i di kitab Syarah al-Musnad: Hal semacam ini dimaksudkan sebagai sesuatu yang populer di masa itu (Sohabat dan Tabi’in) tanpa diingkari. 

Al-Hafiz Ibnu Rojab (706-795 H) menuturkan di kitab Ahwal al-Qubur suatu riwayat dari Mujahid: “Para arwah tidak akan berpisah dengan jenazah selama 7 hari sejak dikuburkan”. Penuturan atsar-atsar tersebut memperkuat perkataan Thowus di atas. 
Para ulama berkata bahwa yang dimaksud dengan “fitnah” dalam konteks ini, ialah pertanyaan Malaikat munkar dan nakir. Berdasarkan hadits Bukhori (196 - 256 H):


أَوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُوْنَ فِي الْقُبُوْرِ فَيُقَالُ: مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
“Telah diwahyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya kalian akan mendapatkan ‘fitnah’ (pertanyaan Malaikat munkar dan nakir) di alam kubur. Maka datanglah pertanyaan: Apakah pengetahuanmu tentang lelaki ini? Adapun orang yang beriman akan menjawab: dia adalah Muhamad Rasululloh SAW...dan seterusnya.”

Selain argumentasi di atas, bahwa siapa pun TAKAN ADA YANG MENEMUKAN LARANGAN TAHLILAN DALAM QUR'AN DAN SUNAH.


والله أعلم بالصواب

Monday, February 11, 2019

4 TOKOH ISLAM INDONESIA YANG MEMBOLEHKAN "MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL"

4 TOKOH ISLAM INDONESIA YANG MEMBOLEHKAN "MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL" -, Hampir setiap tahun, terutama dipengujung tahun termasuk tahun sekarang  selalu ramai diperbincangkan bgaimana hukumnya mengucapkan selamat natal kepada umat kristianai. Dalam masalah ini selalu ada pro dan kontra mengenai boleh tidaknya mengucapkan selamat natal itu.

Banyak sekali yang melarangnya dengan alasan bahwasannya perayaan natal itu merupakan sebuah ritual keagamaan yang dilakukan oleh non-Muslim yang tidak dibenarkan sama sekali bagi umat islam untuk mengikutinya. Ada juga yang membolehkannya tentu dengan alasan-alasan yang dapat dimengerti juga.

Sejak dahulu sebenarnya masalah ini agak menjadi polemik di tengah masyarakat Indonesia yang sangat kaya akan perbedaan-perbedaan. Untuk menambah referensi atau pengetahuan, ada baiknya kita mengetahui pendapat-pendapat para ulama mengenai bagaimana hukum mengucapkan selamat natal ini.


https://saya-anaksekolah.blogspot.com/2018/12/4-tokoh-islam-indonesia-yang.html



1. Menurut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Pada 20 Desember 2003 Gusdur pernah menulis sebuah artikel berjudul “Harlah, Natal, dan Maulid” di Koran Suara Pembaharuan. Menurut Beliau, kata Natal itu secara arti bahasa mempunyai arti yang sama dengan kata harlah (hari kelahiran), hanya saja Natal itu dipakai untuk Nabi Isa al-Masih semata. 

Maka kata “Natal” di sini memiliki arti yang khusus, berbeda dengan kata natal yang digunakan secara umum, contohnya dalam  kedokteran ada istilah perawatan pre-natal yang mempunyai arti “perawatan sebelum kelahiran”. Dengan demikian istilah “Natal” adalah saat Nabi Isa Al-Masih dilahirkan oleh seorang “perawan suci” Siti Maryam. Karena itulah ia memiliki arti tersendiri, yaitu saat kelahiran anak manusia bernama Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia.

Sedangkan mengenai istilah Maulid, Gus Dur menjelaskan bahwa maulid itu adalah saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi Muhammad pertama kali dirayakan oleh kaum Muslimin atas perintah Shalahudin al-Ayubi atau yang dikenal dengan nama Saladin oleh dunia barat dari dinasti Mamalik yang berkebangsaan Kurdi. Beliau memerintah merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW tujuannya untuk mengobarkan semangat kaum muslimin, agar memperoleh kemenangan dalam Perang Salib.

Dia memerintahkan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW itu enam abad setelah Rasulullah SAW wafat. Peringatan Maulid Nabi Muhammad ini sampai sekarang masih dirayakan dalam berbagai bentuk, walaupun dinasti Saud melarangnya di Saudi Arabia.

Gus Dur melanjutkan dua kata (Natal dan Maulid) memiliki makna khusus, dan tidak bisa disamakan. Dalam teori hukum islam (fiqih) kata Maulid dan Natal adalah “kata yang lebih sempit maksudnya dari apa yang diucapkan” (Yuqlaqu al’am wa yuradu bihi al-khash). Hal ini disebabkan oleh sejarah perkembangan manusia yang beragam mengenai asal-usul istilah tersebut. Artinya jelas, Natal dipakai oleh orang-orang kristiani, sedangkan maulid dipakai orang-orang islam.

Menurut Gus Dur, Natal dalam kitab suci Al-qur’an disebut sebagai “yauma wulida” (hari kelahiran, yang secara historis oleh para ahli tafsir dijelaskan sebagai hari kelahiran Nabi Isa), seperti terkutip: “keselamatan/kedamaian bagi orang yang dilahirkan pada hari ini” (Salamun Yauma Wulid). Hal ini bisa dikaitkan kepada Nabi Isa, bisa juga dikaitkan kepada Nabi Daud. Kemudian firman Allah di dalam surat Maryam “As-salamu ‘alayya yauma wulidtu” (kedamaian atas diriku pada hari kelahiranku), jelas-jelas menunjuk kepada ucapan Nabi Isa.

Secara tidak langsung Natal memang diakui oleh kitab suci Al-Qur’an, juga sebagai petunjuk hari kelahiran Nabi Isa yang harus dihormati oleh umat Islam. Hari kelahiran itu boleh dirayakan dalam bentuk berbeda, atau dalam bentuk yang sama tetapi dengan maksud berbeda adalah hal yang tidak perlu dipersoalkan. Adapun masalah umat Kristiani menganggap bahwa Nabi Isa adalah Putra Tuhan itu masalah lain lagi.

Jadi ketika Gus Dur mengucapkan selamat Natal atau bahkan merayakannya itu adalah sebuah penghormatan untuk Beliau Nabi Isa Alaihi Salam dalam pengertian yang Gus Dur yakini bahwa Nabi Isa itu sebagai Nabi Allah.


2. Menurut Prof M Quraish Shihab

Menurut beliau mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani hukumnya adalah boleh. Inilah penjelasan beliau.

“Saya lama di Mesir, saya kenal sekali, saya sering baca di koran ulama-ulama Al-Azhar berkunjung kepada pimpinan umat kristiani mengucapkan selamat natal. Saya tahu persis ada ulama besar di Suriah memberikan fatwa bahwa itu (mengucapkan selamat natal) boleh , fatwanya itu berada dalam suatu buku dan bukunya itu diberikan pengantar oleh ulama besar lainnya “Yusuf Qordowi” yang di Syiria itu namanya “Musthafa Zarqa” dikatakan ,mengucapkan selamat natal itu adalah bagian dari basa-basi, hubungan baik, menurut beliau tidak mungkin teman-teman saya dari umat kristiani datang mengucapkan selamat hari raya idul fitri saya larang itu.

Menurut beliau, dalam bukunya yang dia tulis, kita sekarang perlu menunjukan kepada masyarakat dunia bahwa agama ini penuh toleransi, kalau tidak kita makin dituduh teroris. Saya pernah menulis mengenai hal ini (mengucapkan selamat natal) walaupun banyak yang tidak setuju, saya katakan begini : “natal itu artinya kelahiran, nabi isa mengucapkannya, kalau kita baca ayat ini (Maryam ayat 30-38) dan kita terjemahkan, kita boleh mengucapkan selamat natal. Jadi kalau anda mengucapkan selamat natal tetapi dengan keyakinan Nabi Isa itu bukan Tuhan atau bukan anak Tuhan, maka tidak ada salahnya, ucapkanlah selamat natal dengan keyakinan seperti ini. Dan kalau anda mengucapkannya sebagai muslim, mengucapkan kepada umat Kristiani yang faham, dia yakin bahwa anda tidak percaya bahwa Nabi Isa itu sebagai Tuhan atau Anak Tuhan.”

Larangan MUI mengucapkan Selamat Natal itu berlaku bagi orang awam yang dikhawatirkan aqidahnya rusak karena ketidaktahuan dan percaya kalau Natal sebagaimana kepercayaan orang Kristen.”


3. Menurut Emha Ainun Najib (Cak Nun)

Hukum mengucapkan selamat hari natal itu tidak apa-apa. Kalau anda mengucapkan selamat Natal, apakah anda menjadi orang Kristen??, jawabannya tidak kan.

Kemudian kalau anda mengucapkan selamat natal, anda setuju dengan isi natal?, belum tentu kan itu tergantung masing-masing. 

Selanjutnya, hubungan natal dengan aqidah Kristen itu apa?, natal adalah hari kelahiran Nabi Isa, hanya sebatas  budaya,dan bukan termasuk kategori ibadah mahdoh melainkan hanya ibadah muamalah. Hukum dari mengucapkan selamat natal itu adalah boleh-boleh saja tidak.

Mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani itu hanya sekedar  sikap sopan santun juga saling menghormati kepada sesama. Mengucapkan selamat natal bukanlah sebuah masalah, mengapa bisa demikian?, karena mengucapkan selamat Natal sama sekali tidak ada hubungannya dengan aqidah. Lakum Dinukum Waliyadiin (Bagimu agamamu, bagiku agamaku). Jikalau bagimu (natal) itu agama, silahkan. Tapi bagiku, Ini agamaku. Kita tidak boleh bersikap keras terhadap non muslim tapi harus bersikap tegas dan harus bersikap adil.


4. Menurut Profesor Mahfud MD

Menurut Profesor Mahfud MD kita boleh memilih ingin mengucapkan selamat natal atau tidak, yang terpenting menurutnya adalah bukan ujaran kebencian, “terserah saja megucapkan atau tidak mengucapkan selamat natal atau ucapan apapun boleh saja asal jangan melontarkan ujaran kebencian.” 

Semoga referensi yang sedikit ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan kita, juga memberikan motivasi kepada kita untuk terus mencari Ilmu. Karena dari banyaknya ulama yang berpendapat mengenai suatu hal, saya jadi tahu dan sadar bahwa banyak sekali sesuatu yang belum saya ketahui. Pendapat diatas hanya pendapat sebahagian Tokoh di Indonesia. Masih banyak lagi pendapat-pendapat para ulama mengenai hal ini tentunya dengan berbagai alasannya masing-masing. 

DEFINISI AKAL MENURUT PARA ULAMA

DEFINISI AKAL MENURUT PARA ULAMA -, Manusia adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya, sekalipun dibandingkan dengan Malaikat makhluk yang selalu taat dan tidak pernah mengingkari perintah-Nya. Hal ini dikarenakan Allah menganugrahkan akal kepadanya. Dengan akalnya tersebut manusia dapat menjadi makhluk paling mulia dan dapat juga menjadi makhluk yang hina sekalipun dibandingkan dengan hewan, yakni apabila manusia tidak menggunakan akalnya.

https://saya-anaksekolah.blogspot.com/2018/12/definisi-akal-menurut-para-ulama.html


Tentunya kita semua sudah tidak asing lagi dengan kata “akal”, tetapi untuk sebahagian orang termasuk saya sendiri hanya mengetahui katanya saja tanpa mengetahui pengertian akal itu, “apa sih akal itu?”.Nah disini akan dikutif beberapa pendapat ulama mengenai pengertian akal itu. Para ulama berbeda-beda dalam masalah akal dan produk-produknya.

Al-harits bin Asad al-Muhasiby, seorang sufi besar, sekaligus sorang pakar hukum dan hadits serta seorang sastrawan yang wafat di Bagdad, Irak pada tahun 857 M mengatakan bahwa akal itu adalah insting yang diciptakan oleh Allah SWT pada banyak makhluk-Nya yang (hakikatnya) tidak terjangkau oleh hamba-hamba-Nya, baik melalui pengajaran sebahagian terhadap sebahagian yang lainnya maupun secara berdiri sendiri. Mereka semua tidak dapat menjangkaunya dengan pandangan, indra, dan rasa. 

Al-Muhasiby melanjutkan bahwasannya dengan akal itulah hamba-hamba Allah bisa mengenal Allah. Mereka dapat menyaksikan wujud-Nya dan mengenal-Nya dengan akal. Dengan akal pula mereka mengetahui yang bermanfaat dan yang membahayakan mereka. Karena itu barang siapa yang mengetahui dan dapat membedakan apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan dirinya dalam urusan kehidupan dunianya, maka dia telah mengetahui bahwa Allah telah menganugrahinya dengan akal yang akal yang dicabutnya dari orang gila atau yang tersesat dan juga dari sekian banyak orang picik yang hanya sedikit memiliki akal.

Ada lagi yang berpendapat bahwa akal terdiri dari 2 (dua) macam. Akal yang merupakan anugrah Allah dan akal yang dapat diperoleh dan dikembangkan oleh manusia melalui penalaran, pendidikan, dan pengalaman hidup.

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengingatkan bahwa kata “akal” mempunyai banyak pengertian. Akal dapat berarti potensi yang membedakan manusia dari binatang dan menjadikan manusia mampu menerimaberbagai pengetahuan teoritis. Makna ini tidak jauh berbeda dengan pendapat pertama tadi yang disampaikan oleh Al-Muhasiby. Akal juga berarti pengetahuan yang dicerna oleh seorang anak yang telah mendekati usia dewasa, dimana ia misalnya dapat mengetahui bahwa sesuatu tidak mungkin ada pada sesuatu yang pada saat yang sama ia tidak ada juga ditempat itu, atau dua itu lebih banyak daripada satu. Makna selanjutnya menurut Imam Al-Ghazali, yakni makna ketiga menurut beliau bahwasannya akal itu adalah pengetahuan yang diperoleh seseorang berdasar pengalaman yang dilaluinya dan yang pada gilirannya memperhalus budinya. Menurut kebiasaan, orang yang demikian ini dinamai “orang berakal”, sedangkan orang yang kasar budinya dinamai “tidak berakal”. Makna keempat dari akal adalah kekuatan insting yang menjadikan seseorang mengetahui dampak semua persoalan yang dihadapinya, lalu ia dapat menekan hawa nafsunya serta mengatasinya agar tidak terbawa larut olehnya.

Akhir dari kesungguhan akal manusia adalah keterbelengguan, dan usaha manusia menuju kesesatan. Kita tidak memperolah sepanjang pencarian kita, kucuali mengumpul bahawa menurut si A begini, dan menurut si B begitu. (Fakruddin ar-Razi, seorang pakar tafsir dan teologi)

Demikianlah sebahagian ulama berpendapat mengenai akal. Pastinya masih banyak lagi ulama-ulama yang lainnya yang mengemukakan pendapatnya mengenai akal yang tidak dimuat di dalam pengertian akal disini.

Pada akhirnya semoga kita semua bisa menjaga dan menggunakan akal yang telah dianugrahkan ini, supaya kita termasuk “orang berakal” dan tidak termasuk orang yang “tidak berakal”, ataupun orang yang “kurang akal”. 


Referensi : Buku Logika Agama karya M. Quraish Shihab

Thursday, February 7, 2019

35 Hadiah yang Anak-Anak Anda Tidak Akan Melupakannya

35 Hadiah yang Anak-Anak Anda Tidak Akan MelupakannyaSangat sedikit kenangan masa kecil yang benar-benar termasuk hadiah yang saya terima. Saya ingat dengan jelas tahun ketika saya mendapatkan sepeda motor trail berwarna biru, pada malam itu saudara saya dan saya menerima Nintendo, dan membuka kaus kaki setiap tahun dari kakek nenek saya. Tapi selain itu, ingatanku yang menerima hadiah sangat jarang. Yang membuat saya berpikir, jenis hadiah apa yang dapat kita berikan kepada anak-anak kita yang tidak akan mereka lupakan? Hadiah apa yang benar-benar akan memengaruhi kehidupan mereka dan mengubahnya selamanya?


https://saya-anaksekolah.blogspot.com/2019/02/35-hadiah-yang-anak-anak-anda-tidak.html


Untuk itu, inilah 35 Hadiah yang Anak-Anak Anda Tidak Akan Melupakannya:

1. Penegasan. Terkadang satu kata penegasan yang sederhana dapat mengubah seluruh hidup. Jadi pastikan anak-anak Anda tahu betapa Anda menghargai mereka. Dan kemudian, ingatkan mereka setiap kesempatan yang Anda dapatkan.

2. Seni. Dengan munculnya Internet, semua orang yang ingin membuat ... bisa. Dunia hanya membutuhkan lebih banyak orang yang ingin ...

3. Tantangan. Dorong anak Anda untuk bermimpi besar. Pada gilirannya, mereka akan mencapai lebih dari yang mereka pikir mungkin ... dan mungkin bahkan lebih dari yang Anda pikir mungkin.

4. Belas kasih / Keadilan. Hidup ini tidak adil. Tidak akan pernah ada - ada terlalu banyak variabel. Tetapi ketika kesalahan telah dilakukan atau lapangan bermain dapat diratakan, saya ingin anak saya aktif membantu meningkatkannya.

5. Kepuasan. Kebutuhan akan lebih banyak menular. Karena itu, salah satu hadiah terbesar yang dapat Anda berikan kepada anak-anak Anda adalah penghargaan karena puas dengan apa yang mereka miliki, siapa mereka, dan siapa mereka bisa menjadi.

6. Rasa ingin tahu. Ajari anak-anak Anda untuk bertanya tentang siapa, apa, di mana, bagaimana, mengapa, dan mengapa tidak. “Berhentilah bertanya begitu banyak pertanyaan” adalah kata-kata yang tidak boleh meninggalkan mulut orang tua.

7. Penentuan. Salah satu faktor penentu terbesar dalam kesuksesan seseorang adalah ukuran kemauan mereka. Bagaimana Anda dapat membantu menumbuhkan anak Anda hari ini?

8. Disiplin. Anak-anak perlu mempelajari segala sesuatu dari bawah ke atas termasuk perilaku yang sesuai, cara bergaul dengan orang lain, cara mendapatkan hasil, dan cara mencapai impian mereka. Disiplin tidak boleh dihindari atau ditahan. Sebaliknya, itu harus konsisten dan positif.

9. Dorongan. Kata-kata itu kuat. Mereka dapat membuat atau menghancurkan. Kata-kata sederhana yang Anda pilih untuk berbicara hari ini dapat memberikan dorongan dan pikiran positif kepada anak lain. Atau kata-kata Anda dapat membuat mereka semakin putus asa. Jadi pilihlah dengan cermat.

10. Kesetiaan untuk Pasangan Anda. Kesetiaan dalam pernikahan mencakup lebih dari sekedar tubuh kita. Itu juga mencakup mata, pikiran, hati, dan jiwa kita. Jagalah seksualitas Anda setiap hari dan curahkan sepenuhnya untuk pasangan Anda. Anak-anak Anda pasti akan memperhatikan.

11. Menemukan Kecantikan. Bantu anak-anak Anda menemukan keindahan dalam segala hal yang mereka lihat ... dan pada setiap orang yang mereka temui.

12. Kemurahan hati. Ajari anak-anak Anda untuk bermurah hati dengan barang-barang Anda sehingga mereka akan menjadi murah hati dengan barang-barang mereka.

13. Kejujuran / Integritas. Anak-anak yang mempelajari nilai dan pentingnya kejujuran di usia muda memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menjadi orang dewasa yang jujur. Dan orang dewasa jujur ​​yang berurusan jujur ​​dengan orang lain cenderung merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri, lebih menikmati hidup mereka, dan tidur lebih nyenyak di malam hari.

14. Harapan. Harapan adalah mengetahui dan meyakini bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik dan meningkat. Itu menciptakan kekuatan, daya tahan, dan tekad. Dan di saat-saat sulit dalam kehidupan, itu memanggil kita untuk terus maju.

15. Pelukan dan Ciuman. Saya pernah mendengar kisah tentang seorang lelaki yang memberi tahu putranya yang berusia 7 tahun bahwa dia sudah terlalu tua untuk ciuman. Saya menangis setiap kali memikirkannya. Ketahuilah bahwa anak-anak Anda tidak pernah terlalu tua untuk menerima penegasan fisik cinta Anda kepada mereka.

16. Imajinasi. Jika kami telah mempelajari sesuatu selama 20 tahun terakhir, itu berarti kehidupan berubah lebih cepat dan lebih cepat setiap hari. Dunia besok tidak seperti dunia saat ini. Dan orang-orang dengan imajinasi adalah orang-orang yang tidak hanya menjalaninya, mereka menciptakannya.

17. Kesengajaan. Saya sangat percaya pada kehidupan yang disengaja dan pengasuhan yang disengaja. Pelan-pelan, pertimbangkan siapa Anda, ke mana Anda pergi, dan bagaimana menuju ke sana. Dan lakukan hal yang sama untuk setiap anak Anda.

18. Pangkuan Anda. Itu adalah tempat terbaik di seluruh dunia untuk sebuah buku, cerita, atau percakapan. Dan itu tepat di depan Anda sepanjang waktu.

19. Pembelajaran Seumur Hidup. Semangat untuk belajar berbeda dari hanya belajar untuk mendapatkan nilai atau menyenangkan guru. Itu dimulai di rumah. Jadi baca, ajukan pertanyaan, analisis, dan paparkan. Dengan kata lain, belajar mencintai belajar sendiri.

20. Cinta, inilah kebahagiaan  yang terbesar.

21. Makan Bersama. Makanan memberikan peluang tak tertandingi untuk hubungan, yang suka tidak dapat ditemukan di tempat lain. Sedemikian rupa sehingga keluarga yang tidak makan bersama tidak tumbuh bersama.

22. Alam. Anak-anak yang belajar menghargai dunia di sekitar mereka merawat dunia di sekitar mereka. Sebagai orang tua, saya sering meminta anak-anak saya untuk menjaga kamar mereka di dalam rumah rapi, bersih, dan teratur. Tidakkah seharusnya kita juga mengajar mereka untuk menjaga dunia mereka tetap rapi, bersih, dan teratur?

23. Peluang. Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk mengalami hal-hal baru sehingga mereka dapat mengetahui apa yang mereka sukai dan apa yang mereka kuasai. Dan bertentangan dengan kepercayaan populer, ini tidak harus membutuhkan banyak uang.

24. Optimisme. Pesimis tidak mengubah dunia. Optimis melakukannya.

25. Damai. Pada skala dunia, Anda mungkin berpikir ini di luar kendali kami. Tetapi sehubungan dengan orang-orang di sekitar Anda, ini sepenuhnya ada di tangan Anda ... dan itu adalah tempat yang sangat bagus untuk memulai.

26. Kebanggaan. Rayakan hal-hal kecil dalam hidup. Bagaimanapun, pencapaian kecil dalam hiduplah yang menjadi pencapaian besar.

27. Ruang untuk membuat kesalahan. Anak-anak adalah anak-anak. Itulah yang membuat mereka sangat menyenangkan ... dan sangat membutuhkan kesabaran Anda. Beri mereka ruang untuk bereksperimen, mengeksplorasi, dan membuat kesalahan.

28. Harga Diri. Orang yang belajar menghargai diri sendiri lebih cenderung memiliki kepercayaan diri, harga diri, dan harga diri. Akibatnya, mereka lebih cenderung menjadi orang dewasa yang menghargai nilai-nilai mereka dan berpegang teguh pada mereka ... bahkan ketika tidak ada orang lain.

29. Rasa Humor. Tertawalah dengan anak-anak Anda setiap hari ... demi Anda dan mereka.

30. Spiritualitas. Iman mengangkat pandangan kita tentang alam semesta, dunia kita, dan kehidupan kita. Kami akan bijaksana untuk menanamkan ke dalam anak-anak kami bahwa mereka lebih dari sekedar daging dan darah yang mengambil ruang. Mereka juga terbuat dari pikiran, hati, jiwa, dan kehendak. Dan keputusan dalam hidup mereka harus didasarkan pada lebih dari apa yang dilakukan orang lain dengan darah dan daging.

31. Stabilitas. Rumah yang stabil menjadi fondasi di mana anak-anak membangun sisa hidup mereka. Mereka perlu mengetahui tempat mereka dalam keluarga, siapa yang bisa mereka percayai, dan siapa yang akan ada untuk mereka. Jangan terus mengubah hal-hal itu.

32. Waktu. Karunia waktu adalah satu-satunya hadiah yang tidak akan pernah bisa Anda dapatkan atau ambil kembali. Jadi pikirkan baik-baik tentang siapa (atau apa) yang mendapatkan milik Anda.

33. Perhatian Tidak Dibagi. Mungkin citra ini akan membantu: Putuskan Koneksi ke.

34. Keunikan. Apa yang membuat kita berbeda adalah apa yang membuat kita istimewa. Keunikan seharusnya tidak disembunyikan. Itu harus ditampilkan dengan bangga agar seluruh dunia dapat melihat, menghargai, dan menikmati.

35. Rumah yang Menyambut. Untuk mengetahui bahwa Anda selalu bisa pulang adalah salah satu jaminan paling manis dan paling memberi kehidupan di seluruh dunia. Apakah rumah Anda memberikan kehidupan kepada anak Anda?

Tentu saja, tidak satu pun dari hadiah ini yang dijual di toserba setempat. Tapi, saya pikir itulah intinya.